Wednesday, September 19, 2007

Mengatasi Diri Sendiri

Seringkali, musuh terbesar manusia adalah diri sendiri. Kita seringkali mengharap orang lain berbuat ini dan itu, bersikap lebih baik, melakukan yang terbaik, dan terus saja menuntut, sementara jika tuntutan-tuntutan tersebut diperhadapkan pada kita, belum tentu kita sanggup melakukan semua itu!

Ada hal-hal yang lebih mudah dibicarakan ketimbang dilakukan. Kita bicara tentang idealisme, sikap hidup yang baik, contoh perilaku dalam masyarakat (yang notabene semua nilainya sudah diarahkan pada pencitraan/ segala sesuatu dibuat agar 'terlihat baik''). Namun begitu sukar untuk menerapkannya secara maksimal dalam hidup kita. Ada hal-hal yang, oh Tuhan..., begitu sukar untuk kita lakukan!

Mungkin yang perlu kita pahami adalah bahwa kita ini memang penuh dengan kekurangan. Kita belum sempurna. Bukankah keterbukaan untuk mengakui kesalahan adalah sebuah pertanda baik? Itulah ciri seorang yang berjiwa besar!

Kadang, karena tak mau mengakui bahwa kita punya kekurangan, kita jadi tak dapat mengantisipasi kelemahan kita. Bagaimana mungkin kita dapat memperbaiki diri dan menjadikan hidup ini lebih baik jika demikian?

Setelah menyadari semua kekurangan kita, mungkin kita perlu adakan detoksifikasi, kali yaa. Detoksifikasi batin, mental dan hati kita. Bukankah hati kita ini licik dan suka menyimpan segala yang jahat di dalamnya?

Apa saja yang perlu didetoksifikasi?
1. Kotoran yang mencemari hati
> percabulan, kenajisan, nafsu jahat dan keserakahan

2. Sifat-sifat 'manusiawi' kita
> kemarahan, dendam, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor

3. Penilaian atas orang lain
Kita suka menganggap bahwa yang tidak sama dengan kitalah yang salah. Kita menganggap ras kita, kelas kita, sikap kita, pendapat kita yang paling benar. Padahal, adalah dosa besar di hadapan Tuhan jika kita menggolongkan orang menurut apa yang tampak seperti ras (suku bangsa), golongan (kaya atau miskin), atau kulturalisme (kebudayaan atau sifat-sifat kita). Tuhan menciptakan perbedaan dalam hidup kita dengan satu tujuan. Bukan agar kita berselisih paham, melainkan agar kita memadukan semua perbedaan itu menjadi sebuah kesatuan yang indah. Siapakah kita hingga dapat menilai orang lain? Bukankah kita pun punya nilai yang sama dengan mereka?

Mungkin kita tak bisa mengubah keadaan atau orang lain di sekitar kita, tapi paling tidak kita dapat mengubah diri kita. Menurut Joel Osteen, biasanya Tuhan tidak menjawab doa kita dengan mengubah lingkungan kita atau orang-orang di sekitar kita, namun Dia terlebih dahulu mengubah diri kita..

Yeah, nggak bisa dipungkiri bahwa ada hal-hal yang tidak enak dalam hidup yang harus kita hadapi. Namun jangan jadikan itu alasan untuk kita nggak bisa maju. Alasan itu adalah bagi mereka yang bermental pecundang. Menurut JC. Maxwell, orang yang tidak sukses suka menjadikan kelemahan sebagai alasan. Mereka terus saja mencari alasan. Namun orang sukses sebaliknya, menggunakan kelemahan atau hambatan sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesannya.

Well, hidup adalah sebuah perjalanan. Kita harus terus menjalani hidup ini untuk selangkah demi selangkah meraih sesuatu yang lebih baik. Ada hal-hal yang tak dapat kita ramalkan akan terjadi di dalamnya. Namun paling tidak, kita tetap bisa memilih bagaimana untuk menjalani hidup.

Dan pilihan ada di tangan kita..

Hidup memang Gak Sempurna

Segala sesuatu yang indah itu tidak sempurna
Pepatah Mesir

Kita selalu bisa mengenali keindahan. Semua yang bercita rasa tinggi, segala yang mahal, semua yang berkelas (paling tidak menurut anggapan kita), pastilah itu sesuatu yang indah. Kita tak bisa memaksakan selera dalam hal ini. Padahal kadang, yang mahal atau yang punya banyak duit bisa jadi dipertanyakan dalam hal selera. Buktinya, Paris Hilton dianggap sebagai salah satu selebriti berbusana terburuk...

Kita selalu menganggap hidup ini indah jika segala sesuatu berlangsung dengan sempurna, sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita tak menganggapnya indah karena banyak hal berjalan tidak seperti yang kita inginkan. Well..

Jika toh hidup kita tak baik, kita akan berpura-pura bahwa takkan terjadi apa-apa, bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa hidup kita berlangsung dengan baik dan teratur. Makanya ada sekolah pencitraan, dimana semua disulap menjadi 'tampak baik'. Oh ya, mengapa semua harus tampak baik? Kita selalu berupaya untuk menyembunyikan kekurangan-kekurangan kita, menutupinya seolah tak ada apapun di sana, baik dalam hal penampilan, perilaku sampai pada nilai-nilai kita. Padahal seringnya, kita dicintai bukan karena kita sempurna, bukan karena kita begitu tinggi dan tak terjangkau. Namun ada kalanya kita dikasihi atau dipuja orang karena kita menunjukkan sisi 'lemah' kita sebagai manusia.

Well, bagaimanapun kita ini tetap manusia bukan? Kita masih punya perasaan dan kekurangan yang tak bisa kita tutupi begitu saja. Sebut saja Putri Diana. Sebagai istri pewaris tahta kerajaan Inggris, dia sebenarnya harus menutupi perasaannya, dia tak boleh seenaknya menunjukkan kasih sayangnya di depan publik. Itu haram bagi citra kerajaan Inggris! Namun, dengan terbuka dan terang-terangan dia menunjukkannya. Dan sebagai hasilnya, publik Inggris bersimpati padanya! Bukan apa, tapi karena dengan jelas dia menyatakan diri sebagai seorang manusia yang berperasaan!
Bukankah kita pun seringkali merindukan cinta dan penerimaan yang mutlak dalam diri kita? Cinta tak bersyarat yang melampaui segala kekurangan dan kelemahan kita?

Hidup di jaman dimana pencitraan mutlak dibutuhkan bukanlah hal yang mudah. Kita harus mengerti permainan yang berlaku dan aturan-aturannya. Bahkan kita akan terseret dalam permainan berbahaya ini pun jika kita sekedar coba-coba untuk mengikutinya. Kita nggak bebas lagi jadi diri sendiri! Capeek, deh.. Bahkan kadang, yang orang lihat dari kita bukan lagi diri kita, tapi entah siapa yang kita kenakan dalam diri kita..
Kenapa sih harus begitu?
Kenapa kita nggak bisa bebas saja menyuarakan kebebasan? Hidup perbedaan! Hidup kebebasan menyatakan perasaan! Hidup kebebasan berekspresi!!

Jika hidup ini tak sempurna, bukankah itu manusiawi? Mengapa kita harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja? Bukankah dengan demikian kita takkan bisa menemukan akar permasalahan kita yang sebenarnya? Jika tak dapat mengakui apa yang sedang terjadi di dalam , bagaimana mungkin kita menyelesaikan permasalahan kita? Mengapa kita hanya memperhatikan apa yang ada di permukaan? Bukankah apa yang tampak itu selalu bersifat sementara dan tak abadi? Sementara yang tak tampak, yang ada di dalam, itulah yang kekal dan tak akan lapuk dimakan waktu..

Sukar bagi kita untuk mengamati keindahan dalam penderitaan, dalam persoalan, permasalahan, dalam kekecewaan. Menurut kita yang indah itu ya yang memberi kepuasan, kesenangan dan kenikmatan. Benarkah demikian? Lalu apa artinya semua pengalaman buruk kita jika itu terjadi tanpa tujuan? Mengapa kita harus mengalami semua yang tak baik jika itu tak dapat disebut keindahan? Bukankah tiap pengalaman terjadi untuk mengingatkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidup kita? Jika kekecewaan terjadi berarti kita tak boleh menetapkan standar kita pada orang lain. Penyesalan terjadi karena kita melakukan sebuah kesalahan. Kesedihan terjadi untuk mengingatkan kita bahwa kita tak dapat mengendalikan alam semesta. Ada yang mengendalikan jagad raya ini!

Menurut Heraklitos, jagad raya bicara tentang pola-pola. Ada pola yang terjadi dalam semesta ini. 24 jam dalam sehari, 12 bulan dalam setahun dan 60 detik dalam 1 menit. Ini adalah contoh kecil dari sekian banyak pola yang terjadi di jagad raya. Bisakah kita bayangkan pola apa yang terbentuk dalam pengalaman kita? Jika mau menelusurinya, pasti kita akan menemukan pola yang terbentuk di sana. Dan jika diurutkan, dipelajari lebih lanjut, kita dapat menemukan bahwa pola-pola itu membentuk sebuah keindahan tersendiri. Bukankah kita tak dapat menyebut sesuatu sebagai keindahan sebelum kita membandingkannya dengan hal lain?
Bagaimana dengan kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam hidup? Misalnya yang terjadi dalam sebuah adegan dalam sex and the city, ketika Charlotte bercerai dengan suaminya, dia bertemu dengan pengacara perceraiannya yang akhirnya jadi suaminya. Jika tak bercerai, mungkin dia takkan beruntung bertemu dengan laki-laki yang akan menjadi suaminya tersebut.

Ini hanya pengandaian.. Aku juga nggak setuju dengan perceraian. Tapi jika kita pelajari, ada begitu banyak hal baik bermula dari saat atau keadaan paling tidak baik dalam hidup kita!

Well, siapa bilang hidup ini harus sempurna? Siapa bilang kita harus melawan apa yang terjadi dalam hidup dan menyesalinya? Mungkin jalan terbaik adalah dengan menerima keadaan kita, mensyukuri semua yang terjadi dan mengoreksi jika ada kesalahan. Bagaimanapun, tiada yang sempurna (nobody's perfect) sepertinya akan menjadi pepatah yang akan terus abadi.

Jika hidup ini terasa kurang sempurna, mungkin itulah yang membuatnya jadi indah...

Saturday, September 15, 2007

KEGAGALAN BUKANLAH AKHIR DARI SEGALANYA

Jika ditanya, pasti tak ada orang yang suka dengan kegagalan. Kita semua maunya berjalan terus dan … sukses. Jika bisa, kita ingin menghindar dari segala bentuk kegagalan! Menurut kita, kenapa sih harus gagal dulu sebelum sukses?

Bagi sebagian orang, kegagalan bahkan jadi momok terbesar. Mereka begitu terobsesi dengan keberhasilan sehingga tak dapat menerima kegagalan sebagai sebuah kenyataan. Gagal bagi mereka sama dengan dunia berhenti berputar. Langit runtuh. Mereka membenci kenyataan itu!

Kita seringkali tak menyadari kenyataan yang ada di balik kegagalan. Kita hanya melihat akibat sementara yang terjadi dan tak melihat ada apa di baliknya. Padahal kegagalan seringkali menyelamatkan kita dari jalan yang salah. Paulo Coelho, seorang novelis ternama, sempat dipecat dari perusahaan rekaman tempatnya bekerja tanpa tahu mengapa, merenungkan hidupnya, lalu beralih profesi menulis buku yang ternyata kemudian laku keras dan menjadi inspirasi bagi lebih dari 40 juta orang di dunia. Edward Jones mengalami hal yang sama. Ia dipecat dari perusahaan surat kabar tempatnya bekerja selama 19 tahun (bayangkan, 19 tahun!), lalu mulai menulis buku yang kemudian mengantarnya menjadi penerima Pulitzer Award (penghargaan tertinggi di bidang penulisan di Amerika)!

Tanpa kegagalan bisa-bisa kita tak mengetahui banyak hal lain selain yang ada di hadapan kita. Bahkan kegagalan dalam sebuah hubungan pun membebaskan kita dari orang yang salah. Kegagalan, hal-hal yang seolah tak patut terjadi pada kita, ketidak sengajaan, ‘kecelakaan-kecelakaan’ kecil, semua itu seringkali dapat menjadi berkat yang tersamar buat kita!

Masalahnya, kita paling suka menyalahkan. Kita marah ketika kita gagal. Kita marah ketika terjadi hal-hal yang tak kita kehendaki. Kita tak terima ketika ada hal-hal buruk di sekitar kita. Kita tak menyadari bahwa hal paling baik seringkali bermula dari saat paling tidak baik dalam hidup…

Melalui kegagalan paling tidak kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan kemudian. Kita jadi dapat berhenti sejenak dari rutinitas kita untuk merenungi kehidupan ini, betapa tidak ada yang sempurna dan abadi di dunia tempat kita tinggal!

Percayalah, pasti akan ada saat kita berpaling ke belakang, menoleh, menyaksikan dan mengenang kembali bagaimana sebuah kegagalan telah membentuk hidup kita dengan manisnya hingga saat itu..

Jangan takut menghadapi kegagalan. Jangan takut keadaan menjadi buruk. Jangan takut semua tidak berjalan lancar. Jika semua itu justru dapat membuat kita melakukan sesuatu yang lebih baik, mengapa tidak? Jangan menyesali sesuatu yang bukan kesalahan kita. Toh kegagalan hanyalah sepenggal kisah dari romantika kehidupan. Ada Sepasang Tangan Ajaib yang mengendalikan jalannya masa dan waktu. Dengan menyesalinya berarti kita menghentikan jalannya perputaran roda kehidupan. Kita menghentikan proses yang sedang terjadi dalam hidup, padahal hidup harus berjalan terus!!

Mari melangkah terus dan hadapi kenyataan. Bukankah Allah turut bekerja dalam segala masa dan peristiwa? Jika kita berjalan bersama denganNya, Dia dapat menyingkirkan segala penghalang yang mencoba menghambat laju langkah kita. Namun jika Dia tak menghendaki kita melangkah menuju arah yang salah, Dia juga dapat meletakkan begitu banyak rintangan agar perjalanan kita terhenti. Dan, Siapa yang dapat melihat masa depan? Bukankah hanya Dia?

Kita tahu kegagalan mungkin tak terelakkan bagi kita. Namun kitalah yang harus menguasai keadaan. Sampai berapa lama sih suatu keadaan bisa bertahan? Bukankah ada waktu untuk segala sesuatu?

Dan Dia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya..

Seandainya Semua Bisa Lebih Baik

Kita seringkali tergoda dengan harapan ‘Seandainya semua bisa lebih baik..’. Kita tak melihat kebaikan-kebaikan yang terjadi dalam hidup dan mulai memikirkan segala sesuatu yang kita anggap ‘lebih baik’. Kita anggap dunia yang terbentang di hadapan kitalah yang buruk dan tak pantas untuk dijalani.

Okay. Mungkin banyak hal pernah kita sesali dalam hidup. Kegagalan. Trauma. Pengkhianatan. Dan. Lain. Lain. Tapi, mencoba untuk berkubang di dalamnya pun takkan pernah membuat keadaan jadi lebih baik. Kita selalu berharap ‘seandainya peristiwa ini tak terjadi padaku..’ atau ‘seandainya hidupku sedikit lebih indah..’. Padahal, setiap orang harus mengalami dan menghadapi pengalaman buruk mereka masing-masing!

Ketika mata kapak yang dipakai oleh rombongan nabi yang sedang menebang pohon jatuh ke air, nabi Elisa bertanya ‘Di manakah jatuhnya?’. Kegagalan memang sesuatu yang tak terelakkan dalam hidup kita, namun dengan menyadarinya membuat kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan kemudian. Dalam hal apa kita lemah? Di mana kita jatuh? Apa yang telah kita perbuat? Lalu sadari dan mulailah dari tempat itu. Jika kita menunggu keadaan jadi lebih baik, kita takkan pernah sampai pada tujuan akhir!

Ketika Abraham berpisah dengan Lot, Tuhan berfirman ‘Pandanglah dari tempat engkau berdiri...’. Mulaikan tujuan dari tempat kita berpijak. Tuhan tak terlebih dulu menyuruh Abraham naik ke gunung yang tinggi untuk mendapat pandangan yang lebih baik, melainkan menyuruhnya memandang dari tempat dimana dia berdiri. Tahu kapan Yusuf memulai perjalanan menggapai mimpinya? Ketika ia dibuang ke dalam sumur. Ketika ia dalam keadaan dibenci saudara-saudaranya. Saat itulah perjalanan Yusuf yang sebenarnya baru dimulai. Jika keadaannya lebih baik, belum tentu ia berhasil mewujudkan mimpinya yang nampak mustahil itu..

Yesus memulaikan tujuanNya dari Getsemani diikuti oleh pengalaman salib. Yunus baru memulai perjalanan yang sesungguhnya dari perut ikan. Ester dalam keadaannya sebagai tawanan. Elia dari keluarga tak dikenal. Hana mengawali kisahnya dalam keadaan mandul dan penuh cela. Namun Nehemia mengawali pelayanannya dari jabatan yang terhormat di istana raja.

Apapun yang sedang terjadi pada kita belum membuktikan apapun. Bahwa sejarah masih bisa diubah. Keadaan sekarang belum menentukan masa depan kita (karena siapa dapat memberitahukan apa yang akan terjadi kelak?), apalagi masa lalu. Dimanapun kita berada: di atas, di bawah, terhormat, tercela, terbuang, tertawan, depresi, atau tak dikenal, kita dapat melakukan sesuatu untuk mengubahnya! Keadaan yang lebih baik belum tentu membuat hidup kita lebih baik. Ingat dari mana Saul mengawali sejarah hidupnya? Dari posisi yang dikehendaki orang untuk menjadi raja: keluarga kaya, berbadan tegap, tampan dan terlihat ‘pantas’. Darimana Iblis mengawali kejatuhannya? Dari jabatan kepercayaan di sorga. Di mana keluarga Imam Eli jatuh? Di tempat ‘terhormat’, di Bait Allah..

Jika keadaan kita anggap begitu salah sehingga kita tak dapat melakukan apapun dengan hidup ini, ingatlah bahwa Tuhan tak pernah salah menempatkan seseorang. Dia tak pernah salah menciptakan keadaan kita. Semua yang terjadi telah tertulis dalam kitabNya sebelum ada satu pun dari padanya. Bagaimanapun buruknya keadaan kita, itu bukanlah alasan untuk kita tidak bisa maju. Banyak orang besar justru mengawali perjalanan mereka dari titik minus dalam hidup mereka, dan akhirnya, mereka jauh lebih berhasil dari orang lain yang keadaannya jauh lebih baik. Tidakkah itu membuktikan sesuatu? (Paling tidak pikirkan: mengapa Ester harus dibuang. Mengapa Yusuf diturunkan ke sumur dan dijual. Mengapa Hana harus mandul. Mengapa Daud sendirian menggembala di padang sementara kakak-kakaknya mengikuti audisi pemilihan raja..). Banyak pertanyaan takkan terjawab jika kita memilih untuk berkubang dalam penyesalan akan nasib kita. Yang berlalu, biarlah berlalu. Songsong masa depan. Bukankah janjiNya ‘Aku menyertaimu sampai pada kesudahan jaman’?

Dari tempat Anda berdiri sekarang, coba pandang sekeliling seperti Abraham dan temukan, berkat apa yang sedang menanti di sana?

Thursday, September 13, 2007

CHASING HAPPINESS

Have you ever chased happiness? How does it feel? What is actually you're chasing for? What's the right definition for happiness actually for you?

Should we be happy if we got the job we want? Or if we just got the spouse we've dreamt for years? Or had a new car? Or got the chance for vacation around the world freely? Or living such a 'happily ever after' life with our family like common people? What?

I haven't found it yet. The true definition of happiness, I mean. We have no true standard for it yet. For moment at least. We just flow with what such do really matter in our society. We'll be following whatever those would be: Goldliving lifestyle, expensive car, big house, good buy, great outlook, whatever. But, do those stuff really define who we truly are?

Have no idea..

Sometimes I do feel happy, like having no burden to bear, or problems to think about. But yeah, sometimes I feel bad also. I couldn't predict what is waiting for me next. Couldn't understand what's the source of my problems, why did they come to me, sort of . Eventually I just saw the darkness covered my life. There's no light at all. No destination. No hope. No dreams. No passion. No desire. What's my life supposed to be then?

Meanwhile, everybody do demand on me, put so much responsibilities on me, feel like everybody's staring at me and say 'It's your duty. You can't run from that away. You have to be here and handle all of that stuff for us!'

The question is, why should I? Isn't there another people could do it for me? Take the burdens out of me and just –oh, please- enlighten my life. Please?

Is there anybody out there?

Have no definition, even have no understanding what happiness is really about. Especially for my life myself. Nothing.

So, what should I run for then? Just fleeing myself (from what? Reality?) or do such a pursuing of something I could call happiness?

Had I ever been being happy? Not really sure. Perhaps, in the past. A little. But, if I had, why do I couldn't remember how did the way I feel happy anyway?

Yeah, it really doesn't look like me, do I?

That's fine. I just want to outpour my remarks and my feelings all of my mind.

I think writing is always been better than just murmuring, isn't it?

It'd be relieving our pain afterwards. Trust me.

So, I'm going to keep writing, don't care whether I've chased happiness or not. Cause I believe, whether or not, I should...

Apa yang Sangat Kamu Ketahui?

Konon, Oprah Winfrey pernah ditanya oleh Gene Siskel ‘Apa yang sangat kamu ketahui?’ dan nggak bisa menjawabnya pada saat itu. Tapi pada akhirnya dia menulis tentang hal ini di sebuah kolom khusus di majalah ‘O’ miliknya. Kemudian, dalam salah satu wawancaranya, ia menanyakan hal yang sama pada Sharon Stone. Kira-kira beginilah jawaban Sharon ‘Masa lalu dan masa depan tidaklah penting. Yang terpenting adalah saat ini. Tiap hari adalah pengalaman yang berguna untuk dijalani. Kunci utamanya adalah bersikap bijaksana..’. Sungguh manis, bukan?

Jika kepada kita ditanyakan pertanyaan yang sama, tentang apa yang sangat kita ketahui, bisa nggak kita memberi jawaban yang bijak, yah? Kadang, yang sangat kita ketahui hanyalah berkisar hal-hal buruk di sekitar kita. Masalah pekerjaan, konflik dengan kekasih, nggak harmonis sama keluarga. Hal-hal seperti itulah! Pernah nggak kita sungguh-sungguh merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri, apa yang benar-benar kuketahui dalam hidupku? Nilai-nilai apa yang kita pelajari dari perjalanan hidup kita hingga saat ini?

Semua yang terjadi dalam hidup kita nggak ada yang sia-sia. Paling tidak, sebuah pengalaman seharusnya mengajarkan satu hal pada kita. Entahkah itu soal kesetiaan, kebersamaan, ketekunan, apa saja. Kita harus terus belajar melalui apa yang kita alami.

Aku sendiri jadi belajar untuk selalu bersyukur setelah berteman dengan seorang pengeluh sejati. Bosen kan denger keluhan melulu! Tiap kali ketemu, adaa saja keluhannya. Padahal kalo diperhatikan, nggak ada yang salah kok dengan hidupnya. Dia aja yang kurang bisa memahami dan menikmati keadaannya. Dari situ aku jadi tahu bahwa rumput tetangga nggak selamanya lebih hijau. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya!

Kadang, karena terlalu terpaku pada dendam dan sakit hati di masa lalu, hati kita sepertinya tertinggal di belakang. Pada saat manapun kita berada, hati dan pikiran kita masih berada jauh dari kehidupan saat ini. Kita jadi nggak bisa melangkah lebih maju. Nggak bebas untuk merencanakan segala sesuatu. Nggak nyaman untuk bergerak. Energi kita seolah tersedot dengan kuat ke masa lalu. Semua kita hubungkan ke masa lalu kita yang buruk dan pahit. Kejadian yang menyedihkan mengingatkan pada kesukaran kita. Kebahagiaan orang lain menyiksa kita. Kita jadi membandingkannya dengan apa yang telah kita alami dan merasa hidup ini nggak adil. Namun kebahagiaan pun serasa tak pantas kita dapatkan karena kita merasa diri begitu buruk sehubungan dengan masa lalu. Sebegitu kuatkah rantai masa lalu itu membelenggu?

Ada orang-orang yang sebaliknya, terlalu fokus pada masa depan sampai-sampai melupakan saat ini. Mereka melalaikan kehangatan keluarga, meninggalkan jam-jam ibadah, tak menghiraukan kesehatan tubuh, dan terus berlari mengejar masa depan. Mungkin mereka memegang prinsip yang kuat, bahwa segala sesuatu ada harganya, atau ‘Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’, kali yaa. Banyak pepatah menegaskan betapa pentingnya bekerja keras dan mengejar impian. Tapi ada hal-hal yang lebih penting daripada mengejar masa depan. Ada masa kini yang harus kita jalani sepenuh hati, karena waktu terus saja berjalan tanpa memikirkan apakah kita sungguh-sungguh menikmati dan mempergunakannya dengan baik atau tidak.

Kita boleh merancang masa depan kita tanpa tahu hasil akhirnya. Setelah tiba di sana, barulah kita tahu semua rencana kita berhasil atau tidak. Banyak ketidak pastian dalam hidup. Namun, ketidak pastian itu jugalah yang membawa kita pada pengharapan yang kuat. Jika telah melihat bukti, namanya bukan lagi pengharapan, kan? Dan, semakin sesuatu itu tidak pasti, semakin sungguh kita berharap terjadi keajaiban. Kalo semua berjalan ‘pasti’ dan mulus, kayaknya bakal sangat membosankan deh hidup kita! Buat apa lagi berharap pada sesuatu yang sudah pasti?

Terus terang aku banyak belajar dari hidupku. Memang benar jika dikatakan, hidup kita adalah tambang emas kita. Dari dalamnya kita dapat menarik pelajaran berharga yang sungguh istimewa. Aku belajar untuk jadi nggak sirik karena sering diperlakukan nggak adil oleh seseorang yang tidak begitu suka padaku. Dia suka dengan sengaja memberi sesuatu pada seorang sahabat dekat di depan mataku. Atau memperlakukan kami nggak adil. Dia juga sama sekali nggak ‘menganggap’ aku. Awalnya sih keki banget rasanya. Tapi lama-lama aku tahu taktik dan kelicikan hatinya, jadi aku berusaha untuk nggak terlalu ambil pusing. Dan Tuhan rupanya memakai dia untuk mengajarkan sebuah nilai kehidupan padaku. Yang menarik, orang ini tidak mendapat pelajaran apapun darinya, sementara aku paling nggak jadi sedikit lebih bijak dari dia, kaan! J

Aku juga belajar untuk berkata jujur karena sering merasakan betapa sakitnya dibohongin. Aku nggak mau punya nilai yang sama dengan pembohong!

Aku belajar menghargai semua yang kumiliki dari pengalaman nggak punya apa-apa. Aku inget, dulu orang tuaku selalu bilang gini, ‘Kamu harus berdoa supaya Tuhan memberkati Papi Mami supaya bisa beliin sepatu baru (atau barang-barang lainnya!) buat kamu..’. Tiap kali minta sesuatu, pasti jawaban itu yang kuterima, sampai hafal.. Kadang, jadi nggak enak buat minta apa-apa lagi. Abis, gimana yaah, orang tuaku bukan orkay. Kami benar-benar harus berdoa pada Tuhan untuk setiap keperluan kami!

Aku juga belajar menghargai orang lain karena suka dicuekin dan nggak dianggap. Kamu tahu betapa menyakitkannya hal itu, kan! Tetapi setelah kurenungkan, kupikir kelakuan itu sangat rendah dan mencerminkan sikap hati yang nggak beres. Belum tentu aku yang salah kok. Kadang orang bersikap begitu karena mereka punya masalah sendiri yang mungkin belum bisa mereka bereskan. Jadilah perasaan itu terpancar keluar dan tanpa sadar mereka menyakiti orang lain. Sebenernya mereka dong, yang patut dikasihani, bukan aku :) Jadi aku memutuskan takkan pernah melakukannya pada orang lain. Bagaimanapun, hidupku berharga di mata Tuhan dan nggak ada seorangpun boleh menghancurkannya!

Aku juga belajar untuk mempunyai impian dan mengejarnya dari orang-orang yang nggak punya tujuan hidup. Sungguh membosankan kehidupan yang nggak punya tujuan itu. Masa kita nggak bisa melakukan sesuatu pun untuk hidup kita?

Kalo ditelaah lebih dalam, banyak pengalaman pahit membentuk kita jadi pribadi yang berharga. Tuhan dengan caraNya yang ajaib melakukan apapun yang dikehendakiNya agar hidup kita berarti. Dia tidak mau kita melewati begitu saja kejadian-kejadian dalam hidup kita dan nggak bisa menikmati keindahannya. Hidup ini bukan melulu berisi kebutuhan-kebutuhan yang harus terus dipuaskan atau kesusahan yang silih berganti. Hidup menawarkan banyak pilihan. Dan kita harus mengambil keputusan.

Kita memang tak dapat menyelami pekerjaan Allah dari awal sampai akhir. Namun, dengan mengerti polaNya dan dapat mengambil hikmah atas apa yang terjadi, paling nggak kita bisa jadi lebih bijak, bukan?

Apa yang sangat kamu ketahui?

KAPAN SAAT TERBAIK DALAM HIDUPMU?


Kita selalu punya saat terbaik dalam hidup.

Kapanpun kita membayangkan saat itu, rasanya bangkitlah kembali harapan hidup kita. Entah itu berupa saat-saat romantis dengan kekasih tercinta, saat-saat ngumpul bareng teman satu gank, liburan ke luar negeri, atau memenangkan kejuaraan tertentu. Banyak saat dapat kita ‘klaim’ sebagai saat terbaik kita.

Tiap saat memang selalu punya kenangan dan hikmah tersendiri. Nggak jarang pada saat kita menoleh ke belakang, kita menemui banyak hal baik sebenarnya bermula dari saat paling menyedihkan dalam hidup. Nggak ada saat yang benar-benar ‘tak berguna’. Saat kita sepertinya membuang waktu dengan bersenang-senang pun, kita sebenarnya sedang mempelajari sesuatu.

Di antara setiap momen dalam hidup ini, ada satu momen yang sebenarnya sangat penting dan harus jadi fokus utama kita. Momen itu bernama ‘saat ini’. Mungkin kita punya begitu banyak momen indah di masa lalu, tapi kita tak bisa terus tinggal dan terkurung di sana selamanya. Hal-hal yang telah berlalu kerap mengikuti perjalanan kita, tapi jangan sampai itu membebani hidup kita. Semua itu hanya pantas jadi kenangan manis yang layak untuk diceritakan dan membangkitkan kembali semangat kita jika diperlukan. Tapi hanya itu, tidak lebih. Kita nggak bisa selamanya tinggal dalam manisnya madu, karena seringnya, yang pahit-pahitlah yang menyembuhkan.

Kadang kita kurang menghargai ‘saat ini’, saat di mana kita sedang menghadapi kenyataan sebenarnya. Yang kerap kita lakukan adalah berpaling dan menoleh ke belakang, seolah takut masa lalu itu tertinggal di sana. Padahal, bagaimanapun sukarnya saat yang kita hadapi, takkan ada saat yang akan berulang kembali. Mungkin ada kesempatan yang lain jika kita bersedia menunggu, tetapi kita tidak tahu sampai berapa lama. Waktu terus saja berjalan. Hari kemarin adalah abu, kayu adalah masa depan, namun di saat inilah api sedang menyala.

Hidup tak hanya terdiri atas déjà vu-déjà vu saja. Mungkin kita sibuk merencanakan impian masa depan kita dengan berpijak pada indahnya kenangan di masa lalu, tapi jangan terlalu banyak. Kita hidup di saat ini. Seperti kata Varinia dalam Spartacus, ‘Mungkin kita tak memilih saat ini, tapi saat inilah yang memilih kita..’. Kita tak memilih kapan kita hidup, tapi di saat inilah kita telah ditempatkan. Tentu saja bukan tanpa tujuan hal ini terjadi. Banyak hal mungkin mengingatkan kita akan luka hati, kekecewaan atau penyesalan di masa lalu, namun jangan jadikan itu sebagai penghalang yang dapat menghentikan langkahmu. Kita hidup di saat ini. Kekalahan, penyakit, atau penderitaan hanya bagian kecil yang berusaha menghalangi perjalanan kita, namun kita harus berjuang mengatasinya. Masa lalu sama sekali tak berhak untuk ikut campur atas apapun yang terjadi dalam hidup kita saat ini!

Jika kita menoleh ke belakang, pasti ada begitu banyak peristiwa di sana. Kepahitan, kekecewaan, penyesalan, luka, amarah, bahkan kenangan indah yang tak terlupakan. Namun satu persamaannya. Mereka tidak mau bungkam. Mereka akan terus memanggil-manggil. Mereka sama sekali tak rela dilupakan. Mereka mau terus ikut menumpang dalam bagasi emosional kita. Mereka ingin kita terus memikirkan, merasakan, dan menyimpan mereka dalam hati kita. Mereka merasa berhak membayangi langkah kita dan terus terlibat dalam hidup kita. Padahal sepantasnya mereka tinggal di belakang dan hanya jadi kenangan. Ada kalanya kita pikir, kita dapat memperbaiki sesuatu dengan kembali menoleh ke belakang. Itu tidak benar. Jika sesuatu dapat kita perbaiki dari saat ini, mengapa harus kembali dan terjebak di masa lalu? Bukankah apa yang kita lakukan di saat ini juga dapat menentukan masa depan kita?

Keadaan yang sedang kamu hadapi saat ini mungkin menyebalkan. Tapi tak ada yang dapat menghentikan perputaran sang waktu. Akan ada akhir bagi setiap hal buruk. Bukankah Tuhan menciptakan masa dan waktu agar kita benar-benar menghargai setiap bagiannya?

Atau mungkin kamu ingin waktu berhenti bergerak pada saat-saat ini, saat-saat yang kamu anggap paling indah dalam hidupmu, namun jangan berhenti di saat ini. Masih ada momen-momen lain dalam hidup yang sedang menanti kita. Setiap saat selalu berharga. Jalani setiap momen dalam hidupmu dengan riang dan syukuri apapun yang kamu hadapi!

Pada saat ini, masa lalu mungkin sedang mengejar kita, mencoba menghentikan langkah kita untuk waktu yang sangat lama. Namun maju dan berjuanglah, jangan terjebak di sana. Masa lalu boleh tertinggal, masa depan dapat menunggu, namun saat ini harus kita jalani. Setiap saat dapat terasa indah bila kita menghadapinya. Percayalah, dunia ini selalu berputar dengan tepat. Ada waktu untuk di atas dan ada waktu untuk di bawah. Dan di balik semua itu, ada Sepasang Tangan Ajaib yang merencanakan semuanya dengan pasti. Bukankah Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya?

Yang penting adalah memiliki kepekaan untuk menangkap dan merekam hal-hal penting dari setiap momen dalam hidup dan mendapat pelajaran berharga darinya. Jangan sampai di usia lanjut kelak kita menyesali hidup karena tidak pernah menghargai keindahan dalam setiap momennya.

Sunday, September 09, 2007

FINDING YOURSELF

The first of all, before we could expect the best for our life, reach our best potential or do something really important for our life, we have to find ourselves first. Many people, because of lack of knowledge about themselves, couldn't do anything with their life. So sad.. Like Socrates ever wrote 'Know thyself, and the truth will set you free'.

Sometimes we feel distress. Just having no idea what should we do in life, what kind of people we want to become, or something like that. Why do we feel nothing? Because we have no idea about ourselves. We don't know our truly self well.

So, how to find ourselves then?
  • Experts say that the best way to find ourselves is by writing journal. Just write, don't be too much of thinking. Just write down whatever comes out from your mind. Don't edit it, because deep inside, we have a moral censor that could mess up our thought. It would be messing up about what we should be with what we are. And it do make differences in our judgement about ourselves. It would fade away our truly vision! So, keep writing..

  • Besides, we ought to know our strengths and weaknesses. Build our strengths first and don't sweat our weaknesses too much. Find out what we could do and what we like to do. Our talents are God's gift. He wants us to use those gift as well.

  • Release our pasts. Many bitterness, griefs, or bad experiences keep hauling us, chasing us and won't to release their grip on us. But, take a vow of kindness for yourself! Be the best of you, whoever you are. The pasts have no right at all to destruct your life!

  • Probably, the most important is honesty. Be honest to ourselves. Don't pretend to be someone or anyone we admire, we'll never be like one of them. God had created and designed us with uniqueness. He even has His dreams on us! But the problem is, we could never know His plan for our life without being close to Him. Although His designs are perfect for us, we'd never know it without having a good relationship with Him.

Probably these days are the toughest days in our life, but keep praying. Let's find out what God really wants in our life, and make our dreams be happening by walking with The Master of The Universe. Straight ahead in your journey. Let's find out how this story gonna be end. (And we know that the end does really depend on us!). Remember that something is not over until it's over. In the midst of our journey, perhaps we're not seeing the light yet. But don't be desperate. Keep walking. Our life is really worth to fight for, because it's so precious. So, don't stop here!

May God be with us all the time..

Saturday, September 08, 2007

life is very unkind

Life is very unkind for some people. Is that right? Probably yes, especially for me myself.

I found it apparently is hard to believe that we could be living for years without knowing this life authentically or without knowing all people surround us. the only thing we know just ourselves. How come?


Many things to and fro in our life, feel like the wind that blows on, like shadows, everything does unfortunately, not last forever. And we couldn't be sighing for that! We have to accept the fact, that nothing is new under the sun. It's the law. It's the message we've got. What should we do then? Nothing at all.


But above all situations we encounter, one thing we must understand is, we have to fight. We shouldn't make some excuses. We should never give up. We have to walk ahead, move forward, because the fortune won't come to people who are sitting. It's the quote I've ever heard.


We never knew what our future will be. Well, we can imagine, make some plans or design our very own desires for it, but it's not an impossible thing that when we get there eventually we'll find that it's only the corn chips and not the gold we've looked for along our long, long journey without The Master of The Universe.

The question is, why should we just obeying Him, without a reason to be heard before? Don't we also have our own feelings, do we? Couldn't He just take a respect for that? Or what?

Well, fortunately, He knows the best for us. But to be frank, it's really hard for us to be just said yes for all His will, don't we? We like to do our very own business, our favorite things, our life, but OMG.. Why this life is very unkind?


Yeah, may The Lord bless us with His perfect design in life.
Be it unto me then, Lord. I can't bear this burden for any longer. I give my life up unto You. Thy will be done.


Amen.