Thursday, September 13, 2007

Apa yang Sangat Kamu Ketahui?

Konon, Oprah Winfrey pernah ditanya oleh Gene Siskel ‘Apa yang sangat kamu ketahui?’ dan nggak bisa menjawabnya pada saat itu. Tapi pada akhirnya dia menulis tentang hal ini di sebuah kolom khusus di majalah ‘O’ miliknya. Kemudian, dalam salah satu wawancaranya, ia menanyakan hal yang sama pada Sharon Stone. Kira-kira beginilah jawaban Sharon ‘Masa lalu dan masa depan tidaklah penting. Yang terpenting adalah saat ini. Tiap hari adalah pengalaman yang berguna untuk dijalani. Kunci utamanya adalah bersikap bijaksana..’. Sungguh manis, bukan?

Jika kepada kita ditanyakan pertanyaan yang sama, tentang apa yang sangat kita ketahui, bisa nggak kita memberi jawaban yang bijak, yah? Kadang, yang sangat kita ketahui hanyalah berkisar hal-hal buruk di sekitar kita. Masalah pekerjaan, konflik dengan kekasih, nggak harmonis sama keluarga. Hal-hal seperti itulah! Pernah nggak kita sungguh-sungguh merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri, apa yang benar-benar kuketahui dalam hidupku? Nilai-nilai apa yang kita pelajari dari perjalanan hidup kita hingga saat ini?

Semua yang terjadi dalam hidup kita nggak ada yang sia-sia. Paling tidak, sebuah pengalaman seharusnya mengajarkan satu hal pada kita. Entahkah itu soal kesetiaan, kebersamaan, ketekunan, apa saja. Kita harus terus belajar melalui apa yang kita alami.

Aku sendiri jadi belajar untuk selalu bersyukur setelah berteman dengan seorang pengeluh sejati. Bosen kan denger keluhan melulu! Tiap kali ketemu, adaa saja keluhannya. Padahal kalo diperhatikan, nggak ada yang salah kok dengan hidupnya. Dia aja yang kurang bisa memahami dan menikmati keadaannya. Dari situ aku jadi tahu bahwa rumput tetangga nggak selamanya lebih hijau. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya!

Kadang, karena terlalu terpaku pada dendam dan sakit hati di masa lalu, hati kita sepertinya tertinggal di belakang. Pada saat manapun kita berada, hati dan pikiran kita masih berada jauh dari kehidupan saat ini. Kita jadi nggak bisa melangkah lebih maju. Nggak bebas untuk merencanakan segala sesuatu. Nggak nyaman untuk bergerak. Energi kita seolah tersedot dengan kuat ke masa lalu. Semua kita hubungkan ke masa lalu kita yang buruk dan pahit. Kejadian yang menyedihkan mengingatkan pada kesukaran kita. Kebahagiaan orang lain menyiksa kita. Kita jadi membandingkannya dengan apa yang telah kita alami dan merasa hidup ini nggak adil. Namun kebahagiaan pun serasa tak pantas kita dapatkan karena kita merasa diri begitu buruk sehubungan dengan masa lalu. Sebegitu kuatkah rantai masa lalu itu membelenggu?

Ada orang-orang yang sebaliknya, terlalu fokus pada masa depan sampai-sampai melupakan saat ini. Mereka melalaikan kehangatan keluarga, meninggalkan jam-jam ibadah, tak menghiraukan kesehatan tubuh, dan terus berlari mengejar masa depan. Mungkin mereka memegang prinsip yang kuat, bahwa segala sesuatu ada harganya, atau ‘Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’, kali yaa. Banyak pepatah menegaskan betapa pentingnya bekerja keras dan mengejar impian. Tapi ada hal-hal yang lebih penting daripada mengejar masa depan. Ada masa kini yang harus kita jalani sepenuh hati, karena waktu terus saja berjalan tanpa memikirkan apakah kita sungguh-sungguh menikmati dan mempergunakannya dengan baik atau tidak.

Kita boleh merancang masa depan kita tanpa tahu hasil akhirnya. Setelah tiba di sana, barulah kita tahu semua rencana kita berhasil atau tidak. Banyak ketidak pastian dalam hidup. Namun, ketidak pastian itu jugalah yang membawa kita pada pengharapan yang kuat. Jika telah melihat bukti, namanya bukan lagi pengharapan, kan? Dan, semakin sesuatu itu tidak pasti, semakin sungguh kita berharap terjadi keajaiban. Kalo semua berjalan ‘pasti’ dan mulus, kayaknya bakal sangat membosankan deh hidup kita! Buat apa lagi berharap pada sesuatu yang sudah pasti?

Terus terang aku banyak belajar dari hidupku. Memang benar jika dikatakan, hidup kita adalah tambang emas kita. Dari dalamnya kita dapat menarik pelajaran berharga yang sungguh istimewa. Aku belajar untuk jadi nggak sirik karena sering diperlakukan nggak adil oleh seseorang yang tidak begitu suka padaku. Dia suka dengan sengaja memberi sesuatu pada seorang sahabat dekat di depan mataku. Atau memperlakukan kami nggak adil. Dia juga sama sekali nggak ‘menganggap’ aku. Awalnya sih keki banget rasanya. Tapi lama-lama aku tahu taktik dan kelicikan hatinya, jadi aku berusaha untuk nggak terlalu ambil pusing. Dan Tuhan rupanya memakai dia untuk mengajarkan sebuah nilai kehidupan padaku. Yang menarik, orang ini tidak mendapat pelajaran apapun darinya, sementara aku paling nggak jadi sedikit lebih bijak dari dia, kaan! J

Aku juga belajar untuk berkata jujur karena sering merasakan betapa sakitnya dibohongin. Aku nggak mau punya nilai yang sama dengan pembohong!

Aku belajar menghargai semua yang kumiliki dari pengalaman nggak punya apa-apa. Aku inget, dulu orang tuaku selalu bilang gini, ‘Kamu harus berdoa supaya Tuhan memberkati Papi Mami supaya bisa beliin sepatu baru (atau barang-barang lainnya!) buat kamu..’. Tiap kali minta sesuatu, pasti jawaban itu yang kuterima, sampai hafal.. Kadang, jadi nggak enak buat minta apa-apa lagi. Abis, gimana yaah, orang tuaku bukan orkay. Kami benar-benar harus berdoa pada Tuhan untuk setiap keperluan kami!

Aku juga belajar menghargai orang lain karena suka dicuekin dan nggak dianggap. Kamu tahu betapa menyakitkannya hal itu, kan! Tetapi setelah kurenungkan, kupikir kelakuan itu sangat rendah dan mencerminkan sikap hati yang nggak beres. Belum tentu aku yang salah kok. Kadang orang bersikap begitu karena mereka punya masalah sendiri yang mungkin belum bisa mereka bereskan. Jadilah perasaan itu terpancar keluar dan tanpa sadar mereka menyakiti orang lain. Sebenernya mereka dong, yang patut dikasihani, bukan aku :) Jadi aku memutuskan takkan pernah melakukannya pada orang lain. Bagaimanapun, hidupku berharga di mata Tuhan dan nggak ada seorangpun boleh menghancurkannya!

Aku juga belajar untuk mempunyai impian dan mengejarnya dari orang-orang yang nggak punya tujuan hidup. Sungguh membosankan kehidupan yang nggak punya tujuan itu. Masa kita nggak bisa melakukan sesuatu pun untuk hidup kita?

Kalo ditelaah lebih dalam, banyak pengalaman pahit membentuk kita jadi pribadi yang berharga. Tuhan dengan caraNya yang ajaib melakukan apapun yang dikehendakiNya agar hidup kita berarti. Dia tidak mau kita melewati begitu saja kejadian-kejadian dalam hidup kita dan nggak bisa menikmati keindahannya. Hidup ini bukan melulu berisi kebutuhan-kebutuhan yang harus terus dipuaskan atau kesusahan yang silih berganti. Hidup menawarkan banyak pilihan. Dan kita harus mengambil keputusan.

Kita memang tak dapat menyelami pekerjaan Allah dari awal sampai akhir. Namun, dengan mengerti polaNya dan dapat mengambil hikmah atas apa yang terjadi, paling nggak kita bisa jadi lebih bijak, bukan?

Apa yang sangat kamu ketahui?

No comments: