Wednesday, September 19, 2007

Hidup memang Gak Sempurna

Segala sesuatu yang indah itu tidak sempurna
Pepatah Mesir

Kita selalu bisa mengenali keindahan. Semua yang bercita rasa tinggi, segala yang mahal, semua yang berkelas (paling tidak menurut anggapan kita), pastilah itu sesuatu yang indah. Kita tak bisa memaksakan selera dalam hal ini. Padahal kadang, yang mahal atau yang punya banyak duit bisa jadi dipertanyakan dalam hal selera. Buktinya, Paris Hilton dianggap sebagai salah satu selebriti berbusana terburuk...

Kita selalu menganggap hidup ini indah jika segala sesuatu berlangsung dengan sempurna, sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita tak menganggapnya indah karena banyak hal berjalan tidak seperti yang kita inginkan. Well..

Jika toh hidup kita tak baik, kita akan berpura-pura bahwa takkan terjadi apa-apa, bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa hidup kita berlangsung dengan baik dan teratur. Makanya ada sekolah pencitraan, dimana semua disulap menjadi 'tampak baik'. Oh ya, mengapa semua harus tampak baik? Kita selalu berupaya untuk menyembunyikan kekurangan-kekurangan kita, menutupinya seolah tak ada apapun di sana, baik dalam hal penampilan, perilaku sampai pada nilai-nilai kita. Padahal seringnya, kita dicintai bukan karena kita sempurna, bukan karena kita begitu tinggi dan tak terjangkau. Namun ada kalanya kita dikasihi atau dipuja orang karena kita menunjukkan sisi 'lemah' kita sebagai manusia.

Well, bagaimanapun kita ini tetap manusia bukan? Kita masih punya perasaan dan kekurangan yang tak bisa kita tutupi begitu saja. Sebut saja Putri Diana. Sebagai istri pewaris tahta kerajaan Inggris, dia sebenarnya harus menutupi perasaannya, dia tak boleh seenaknya menunjukkan kasih sayangnya di depan publik. Itu haram bagi citra kerajaan Inggris! Namun, dengan terbuka dan terang-terangan dia menunjukkannya. Dan sebagai hasilnya, publik Inggris bersimpati padanya! Bukan apa, tapi karena dengan jelas dia menyatakan diri sebagai seorang manusia yang berperasaan!
Bukankah kita pun seringkali merindukan cinta dan penerimaan yang mutlak dalam diri kita? Cinta tak bersyarat yang melampaui segala kekurangan dan kelemahan kita?

Hidup di jaman dimana pencitraan mutlak dibutuhkan bukanlah hal yang mudah. Kita harus mengerti permainan yang berlaku dan aturan-aturannya. Bahkan kita akan terseret dalam permainan berbahaya ini pun jika kita sekedar coba-coba untuk mengikutinya. Kita nggak bebas lagi jadi diri sendiri! Capeek, deh.. Bahkan kadang, yang orang lihat dari kita bukan lagi diri kita, tapi entah siapa yang kita kenakan dalam diri kita..
Kenapa sih harus begitu?
Kenapa kita nggak bisa bebas saja menyuarakan kebebasan? Hidup perbedaan! Hidup kebebasan menyatakan perasaan! Hidup kebebasan berekspresi!!

Jika hidup ini tak sempurna, bukankah itu manusiawi? Mengapa kita harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja? Bukankah dengan demikian kita takkan bisa menemukan akar permasalahan kita yang sebenarnya? Jika tak dapat mengakui apa yang sedang terjadi di dalam , bagaimana mungkin kita menyelesaikan permasalahan kita? Mengapa kita hanya memperhatikan apa yang ada di permukaan? Bukankah apa yang tampak itu selalu bersifat sementara dan tak abadi? Sementara yang tak tampak, yang ada di dalam, itulah yang kekal dan tak akan lapuk dimakan waktu..

Sukar bagi kita untuk mengamati keindahan dalam penderitaan, dalam persoalan, permasalahan, dalam kekecewaan. Menurut kita yang indah itu ya yang memberi kepuasan, kesenangan dan kenikmatan. Benarkah demikian? Lalu apa artinya semua pengalaman buruk kita jika itu terjadi tanpa tujuan? Mengapa kita harus mengalami semua yang tak baik jika itu tak dapat disebut keindahan? Bukankah tiap pengalaman terjadi untuk mengingatkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidup kita? Jika kekecewaan terjadi berarti kita tak boleh menetapkan standar kita pada orang lain. Penyesalan terjadi karena kita melakukan sebuah kesalahan. Kesedihan terjadi untuk mengingatkan kita bahwa kita tak dapat mengendalikan alam semesta. Ada yang mengendalikan jagad raya ini!

Menurut Heraklitos, jagad raya bicara tentang pola-pola. Ada pola yang terjadi dalam semesta ini. 24 jam dalam sehari, 12 bulan dalam setahun dan 60 detik dalam 1 menit. Ini adalah contoh kecil dari sekian banyak pola yang terjadi di jagad raya. Bisakah kita bayangkan pola apa yang terbentuk dalam pengalaman kita? Jika mau menelusurinya, pasti kita akan menemukan pola yang terbentuk di sana. Dan jika diurutkan, dipelajari lebih lanjut, kita dapat menemukan bahwa pola-pola itu membentuk sebuah keindahan tersendiri. Bukankah kita tak dapat menyebut sesuatu sebagai keindahan sebelum kita membandingkannya dengan hal lain?
Bagaimana dengan kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam hidup? Misalnya yang terjadi dalam sebuah adegan dalam sex and the city, ketika Charlotte bercerai dengan suaminya, dia bertemu dengan pengacara perceraiannya yang akhirnya jadi suaminya. Jika tak bercerai, mungkin dia takkan beruntung bertemu dengan laki-laki yang akan menjadi suaminya tersebut.

Ini hanya pengandaian.. Aku juga nggak setuju dengan perceraian. Tapi jika kita pelajari, ada begitu banyak hal baik bermula dari saat atau keadaan paling tidak baik dalam hidup kita!

Well, siapa bilang hidup ini harus sempurna? Siapa bilang kita harus melawan apa yang terjadi dalam hidup dan menyesalinya? Mungkin jalan terbaik adalah dengan menerima keadaan kita, mensyukuri semua yang terjadi dan mengoreksi jika ada kesalahan. Bagaimanapun, tiada yang sempurna (nobody's perfect) sepertinya akan menjadi pepatah yang akan terus abadi.

Jika hidup ini terasa kurang sempurna, mungkin itulah yang membuatnya jadi indah...

No comments: