Kita seringkali tergoda dengan harapan ‘Seandainya semua bisa lebih baik..’. Kita tak melihat kebaikan-kebaikan yang terjadi dalam hidup dan mulai memikirkan segala sesuatu yang kita anggap ‘lebih baik’. Kita anggap dunia yang terbentang di hadapan kitalah yang buruk dan tak pantas untuk dijalani.
Okay. Mungkin banyak hal pernah kita sesali dalam hidup. Kegagalan. Trauma. Pengkhianatan. Dan. Lain. Lain. Tapi, mencoba untuk berkubang di dalamnya pun takkan pernah membuat keadaan jadi lebih baik. Kita selalu berharap ‘seandainya peristiwa ini tak terjadi padaku..’ atau ‘seandainya hidupku sedikit lebih indah..’. Padahal, setiap orang harus mengalami dan menghadapi pengalaman buruk mereka masing-masing!
Ketika mata kapak yang dipakai oleh rombongan nabi yang sedang menebang pohon jatuh ke air, nabi Elisa bertanya ‘Di manakah jatuhnya?’. Kegagalan memang sesuatu yang tak terelakkan dalam hidup kita, namun dengan menyadarinya membuat kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan kemudian. Dalam hal apa kita lemah? Di mana kita jatuh? Apa yang telah kita perbuat? Lalu sadari dan mulailah dari tempat itu. Jika kita menunggu keadaan jadi lebih baik, kita takkan pernah sampai pada tujuan akhir!
Ketika Abraham berpisah dengan Lot, Tuhan berfirman ‘Pandanglah dari tempat engkau berdiri...’. Mulaikan tujuan dari tempat kita berpijak. Tuhan tak terlebih dulu menyuruh Abraham naik ke gunung yang tinggi untuk mendapat pandangan yang lebih baik, melainkan menyuruhnya memandang dari tempat dimana dia berdiri. Tahu kapan Yusuf memulai perjalanan menggapai mimpinya? Ketika ia dibuang ke dalam sumur. Ketika ia dalam keadaan dibenci saudara-saudaranya. Saat itulah perjalanan Yusuf yang sebenarnya baru dimulai. Jika keadaannya lebih baik, belum tentu ia berhasil mewujudkan mimpinya yang nampak mustahil itu..
Yesus memulaikan tujuanNya dari Getsemani diikuti oleh pengalaman salib. Yunus baru memulai perjalanan yang sesungguhnya dari perut ikan. Ester dalam keadaannya sebagai tawanan. Elia dari keluarga tak dikenal. Hana mengawali kisahnya dalam keadaan mandul dan penuh cela. Namun Nehemia mengawali pelayanannya dari jabatan yang terhormat di istana raja.
Apapun yang sedang terjadi pada kita belum membuktikan apapun. Bahwa sejarah masih bisa diubah. Keadaan sekarang belum menentukan masa depan kita (karena siapa dapat memberitahukan apa yang akan terjadi kelak?), apalagi masa lalu. Dimanapun kita berada: di atas, di bawah, terhormat, tercela, terbuang, tertawan, depresi, atau tak dikenal, kita dapat melakukan sesuatu untuk mengubahnya! Keadaan yang lebih baik belum tentu membuat hidup kita lebih baik. Ingat dari mana Saul mengawali sejarah hidupnya? Dari posisi yang dikehendaki orang untuk menjadi raja: keluarga kaya, berbadan tegap, tampan dan terlihat ‘pantas’. Darimana Iblis mengawali kejatuhannya? Dari jabatan kepercayaan di sorga. Di mana keluarga Imam Eli jatuh? Di tempat ‘terhormat’, di Bait Allah..
Jika keadaan kita anggap begitu salah sehingga kita tak dapat melakukan apapun dengan hidup ini, ingatlah bahwa Tuhan tak pernah salah menempatkan seseorang. Dia tak pernah salah menciptakan keadaan kita. Semua yang terjadi telah tertulis dalam kitabNya sebelum ada satu pun dari padanya. Bagaimanapun buruknya keadaan kita, itu bukanlah alasan untuk kita tidak bisa maju. Banyak orang besar justru mengawali perjalanan mereka dari titik minus dalam hidup mereka, dan akhirnya, mereka jauh lebih berhasil dari orang lain yang keadaannya jauh lebih baik. Tidakkah itu membuktikan sesuatu? (Paling tidak pikirkan: mengapa Ester harus dibuang. Mengapa Yusuf diturunkan ke sumur dan dijual. Mengapa Hana harus mandul. Mengapa Daud sendirian menggembala di padang sementara kakak-kakaknya mengikuti audisi pemilihan raja..). Banyak pertanyaan takkan terjawab jika kita memilih untuk berkubang dalam penyesalan akan nasib kita. Yang berlalu, biarlah berlalu. Songsong masa depan. Bukankah janjiNya ‘Aku menyertaimu sampai pada kesudahan jaman’?
Dari tempat Anda berdiri sekarang, coba pandang sekeliling seperti Abraham dan temukan, berkat apa yang sedang menanti di sana?
No comments:
Post a Comment