Tuesday, March 04, 2008

Menghadapi Kritikan dengan Hati Besar

Bayangkan.. Seandainya kamu dibilang males. Cemburuan. Egois. Pembohong. Tukang gossip. Orang yang menyebalkan. Nggak asyik. Sirik. Gak adil. Pendendam. Apa reaksi kamu? Marah? Nggak terima? Atau langsung tersenyum manis, bilang makasih dan merenungkan semua kata sifat yang barusan dilontarkan kepadamu?

Kayaknya, pilihan terakhir nggak ada dalam daftar, deh. Yang ada, kita langsung nggak terima, mencak-mencak dan mencari kambing hitam giginya putih kalo tertawa manis sekali....

Kenapa ya, kok kita suka bereaksi berlebihan pada orang yang mengatakan sesuatu tentang kita? Kenapa coba kok kita nggak bisa menerima saja dengan baik. Toh kalo orang memberi sesuatu dan pemberiannya tak diterima, ya barang tersebut akan kembali jadi milik si pemberi. Jadi kalo ada yang ngomongin kita macem-macem ya tenang saja. Kalo omongannya nggak bener kan bisa aja balik lagi ke yang ngomong..

Banyak hal bisa kita lakukan untuk bikin diri kita tampak lebih baik, namun sekuat apapun kita berusaha, kita tak bisa mengisi kekosongannya, bisa jadi justru akan membuat kita semakin jauh terpuruk dalam masalah kita. Karena pada prinsipnya, semakin kita memenuhi kebutuhan yang lain, akan ada semakin banyak kebutuhan lain menuntut untuk juga dipenuhi keinginanya. Jadilah kita terjebak dalam lingkaran setan. Gak tahu gimana harus keluar dari siklus tersebut.

Lalu, gimana sih cara kita supaya bisa menerima kritik dengan lapang dada?

  1. Akui bahwa diri kita memang punya banyak kekurangan.

Tapi jangan berhenti sampai di situ saja. Let's find out apa saja kekurangan tersebut. Selidiki dirimu sendiri, karena semakin kita tak mau menyelidiki diri kita, semakin kita gak bisa diingatkan tentang segala kekurangan kita, semakin besarlah ia akan merajalela dalam diri kita. Entah kamu menyadarinya atau tidak. Tanya orang lain untuk membantu mengorek info lebih jelas tentang dirimu. Jangan mau dijadikan sasaran penghakiman orang lain karena tingkahmu yang njelimet dan aneh bin ajaib itu, dong. You have to change!

  1. Lepaskan dirimu.

Karena takut kebobrokan kita diketahui, kita jadi suka menyimpan rahasia terhadap orang lain. Dan... jadi gampang curiga sebagai akibatnya. Orang bertingkah begini, kita curiga. Begitu, curiga. Orang bersikap baik, kita curiga. Jahat, lebih-lebih. Tapi, begitu kita melepaskan diri kita, mulai nggak terlalu pedulikan apa kata orang, mulai berani membuka diri tanpa prasangka akan disakiti kembali, kita akan dengan mudah menerima keadan kita.

Nggak mengada-ada, fenomena apa yang banyak terjadi akhir-akhir ini? Kita takut membuka diri. Kita takut dengan melakukannya kelak kita akan disakiti kembali dan dengan begitu kita menghukum orang lain dengan mencoba mendiamkan mereka, menekan mereka, mengkonfrontasi mereka secara frontal dsb. Padahal dengan melakukan semua hal tersebut kita telah menghukum diri kita dan menutup jalan berkat yang Tuhan kehendaki untuk mengalir dalam diri kita! Kita pikir dengan melakukan banyak hal menyakitkan pada orang lain, dendam kita akan terbalas. Padahal tidak. Dendam takkan pernah terbalas hanya karena kita berhasil menyamakan skor dengan lawan. Kita justru sedang mencari musuh, memenangkan pihak Iblis dalam pertempuran rohani dan menghalangi berkat dari sorga! Coba kalo kita bersedia membuka diri. Terserah ape lu kate. Pasti hidup ini jadi lebih asyik dijalani. Yakin, deh.. Gak usah peduliin komentar orang, ah. Bawel banget sih mereka, kasih makan enggak..

Dengan berani membuka diri juga berarti kita bersedia melihat dan mengakui kekurangan-kekurangan kita sebagai kenyataan yang tak mudah dilenyapkan dari diri kita!

  1. Yakinilah sesuatu yang benar.

Jika kita punya keyakinan, kita nggak akan mudah goyah. Apapun yang terjadi, sindiran, kritikan, celaan, gosip berusaha menghancurkan kita, tapi kita bisa tetap berdiri di atas batu karang keyakinan kita.

Miliki juga keyakinan tentang dirimu sendiri. Cari kebenaran tentang dirimu melalui Alkitab. Jangan dari kata orang atau kata iklan. Itu semua bukanlah diri seseorang yang sesungguhnya. Iklan dan gambar-gambar di majalah hanyalah sebuah fatamorgana. Kita melihat, tertarik dan begitu menginginkan kehidupan yang seperti itu. Setelah sampai di sana barulah kita menyadari bahwa semua itu hanyalah kekosongan dan realita yang semu belaka..

  1. Buka mata hatimu: Apa yang Tuhan kehendaki untuk kulakukan?

Yang lebih Tuhan kehendaki adalah dengar-dengaran ketimbang korban. Dia tak peduli betapa hebatnya, kayanya atau berhasilnya kita, tanpa ketaatan dan kerelaan hati untuk dibarui, disucikan dan diubah, kita adalah nol besar. Dia senang pada orang yang rendah hati. Hati yang remuk tak pernah dianggapNya hina. Bahkan hati yang hancur adalah korban sembelihan kepada Tuhan. Buat apa korban kita yang banyak-banyak, ibadah kita yang terlihat begitu kudus tak bercacat dan perbuatan kita yang sempurna tanpa sikap hati yang tidak mau mengakui kesalahan di hadapan Tuhan dan kesediaan merendahkan diri kepadaNya? Merendahkan diri di hadapan Tuhan takkan merendahkan diri kita. Gak ada apapun dapat merendahkan kita selain kesombongan dan kecongkakan. Apapun yang seolah merendahkan kita akan membuat kita ditinggikan di dalam Tuhan. Tapi, coba aja berani-berani mengangkat diri sendiri, wait a moment... and.. crash! There you are, dicampakkan sedalam-dalamnya!

  1. Penuhi hati dengan kasih.

Kenapa? Karena, setinggi apapun iman kita, sebesar apapun korban kita, semua itu bukanlah apa-apa jika tanpa kasih. Nggak peduli kita hafal 14 bahasa dunia, pernah mengunjungi 7 benua atau ahli dalam semesta raya, kita bukan apa-apa. Dengan kasih kita bisa menerima kekurangan orang lain. Kita juga bisa lebih maju dalam apa yang kita pelajari dan lakukan, dan yang terpenting... kasih menjadikan terang kita lebih menyala. Cap anak Tuhan seharusnya adalah kasih, karena Allah adalah kasih, Jadi hal itu pula seharusnya yang langsung terlihat nyata dalam hidup kita. Siapa yang kamu kasihi?

  1. Mendekatlah kepada Tuhan.

Kita akan menjadi serupa dengan orang yang dekat dengan kita. Orang tersebut paling tidak mempengaruhi kita dalam cara kita berpikir, kebiasaan, gaya bercanda dan banyak hal lainnya. Tak terkecuali hal buruk. Makanya pergaulan yang buruk bisa merusakkan kebiasaan yang baik. Dengan siapa kamu bergaul?

Satu hal lagi, Tuhan bukanlah Allah yang suka membuat kritikan. Ia senang memperhatikan kita. Ia akan memberitahukan pada kita jalan kehidupan dan di hadapanNya ada sukacita berlimpah..

No comments: