Wednesday, March 05, 2008

Baik dan Buruk

Pernah mengalami peristiwa buruk hingga rasanya langit bagaikan runtuh?


Well, tiap orang pernah mengalami kejadian yang buruk dalam hidup. Walau mungkin peristiwanya berbeda, namun kejadian itu pasti ada, terekam dengan sangat baik dalam memori kita yang paling dalam. Setiap kali kita mengingatnya, hati bagaikan perih rasanya. Tercabik-cabik. Teriris. Terluka parah. Mungkin bahkan kita katakan bahwa itu adalah kejadian paling buruk yang pernah menimpa hidup seseorang!


Masalah dengan peristiwa buruk adalah, kita tidak bisa mengatakan sesuatu itu baik atau buruk sebelum kita melihat akibatnya. Kita cenderung menyalahkan atau menghakimi. Menurut kita yang begini yang benar, yang begitu yang salah. Padahal, belum tentu yang kita anggap benar itulah yang benar. Sekarang mungkin sesuatu itu kelihatannya buruk dan menyebalkan. Padahal, jika ditinjau kembali beberapa tahun mendatang, kisah tadi bisa saja jadi titik balik yang paling berarti untuk segala kebaikan yang kita terima dalam hidup.


Teman saya contohnya. Waktu dia pulang dari studinya di luar negeri, dia sedih dan patah hati karena diputuskan pacarnya. Konon, dia sediiih sekali. Tapi kemudian, karena kejombloannya itulah dia diangkat jadi Development Manager di luar pulau oleh kantor tempatnya bekerja. Berarti, jika ditinjau kembali, itu namanya patah hati yang membawa berkat, bukan...


Dalam hidup kita belum bisa mengatakan sesuatu itu baik atau buruk karena kita belum melihat hasil akhirnya. Hanya jika kita memiliki pikiran Kristus kita dapat melihat segala sesuatunya dalam perspektif yang tepat, bukan asal pake perasaan kita sendiri..


Contoh lain, waktu Papi saya meninggal. Semua terasa begitu buruk dan salah. Dunia rasanya terbalik buat saya. Tapi sekarang, setelah ribuan hari berlalu (hampir 12 tahun!), saya jadi menyadari bahwa nggak salah kok semua yang telah terjadi dalam hidup saya. Kalo Papi saya masih hidup sampe sekarang, nggak tahu deh di mana saya berada pastinya. Nggak tahu juga gimana keadaan saya. Bisa-bisa saya malah jadi orang paling munafik di dunia. Di depan keluarga baik, di gereja baik, tapi di luar kayak kuda lepas dari pingitan, kalii..


Yang parah, saya pasti nggak akan diijinkan menikah dengan suami saya sekarang ini. Atau mungkin belum punya pacar yang jelas. Habis, tiap ada cowok berkunjung ke rumah selalu diawasi dengan ketat oleh beliau. Jadi deh teman-teman cowok saya pada takut main ke rumah semasa beliau hidup...


Well, ini hanya sepenggal kisah sederhana. Masih ada begitu banyak contoh yang lebih besar di luar sana. Apapun bentuknya, intinya hanya satu. Jangan salahkan keadaan. Jangan sebut apa yang kamu hadapi sebagai benar atau salah, baik atau buruk sebelum kamu benar-benar tahu hasil akhirnya. Karena, siapa yang tahu apa yang menanti di balik setiap peristiwa buruk, atau jebakan apa yang terpasang di balik sesuatu yang tampak baik dan manis di dunia ini?

No comments: