Monday, February 25, 2008

Sekali Lancung ke Ujian, Seumur Hidup Tak Dipercaya

Pernah denger peribahasa (atau pepatah, ya?) itu gak?

Aku pernah punya sohib yang yeah, kurasa baik. Tapi, entah gimana suatu kali seorang teman bercerita tentang dia yang suka nyeritain aku di belakang. Kebayang gak gimana rasanya?

Hrmgjhkghrjsytfsm!!!!!

Well, probably I'm not a saint yet, I'm still a sinner, I do realize it! Tapi bukan berarti kita trus gak bisa melakukan hal-hal yang baik, kaan? Kita mungkin masih suka ngomongin orang lain (mungkin ini contohnya), tapi jangan suka baik hati di depan dan ngobrolin di belakang, dong..

Buat aku, kalo mau jahat mah jahat aja, it's okay kok. Asal, tunjukin di depan-depan, jangan ngumpet di belakang dong, toh apapun yang tersembunyi akan tampak, dan apa yang dibisikkan dalam gelap akan diteriakkan dalam terang. Sebusuk apapun barang yang amis disimpan, tetap suatu saat akan ketahuan juga. So, tunjukkin deh rasa loe, kata sebuah iklan.

Memang sih kejadian ini dah berlangsung beberapa waktu yang lalu, tapi yang namanya dikhianati itu ternyata menyisakan trauma yang gak gampang berlalu dari ingatan. Sejujurnya, gak dendam sih, cuman sukar rasanya untuk kembali mempercayai orang tersebut. Jadi, so far, apapun yang dia lakukan, bawaanku curigaaa mulu. Duh, siapa ni yang salah kalo dah gini?
Prinsipku memang, biarlah yang lalu berlalu, mari buka lembaran baru, tapi nyatanya, masih suka keinget juga kesalahan orang.

Hmmhhh, memang susah ya menjaga sikap kita? Apa harusnya kita jadi seorang pertapa aja biar bisa tetap menjaga kesucian hidup? Gak mungkinlah.. Selama masih mau tinggal di bumi ini ya kita pasti liat manusia, kecuali kalo mau tinggal di hutan atau di gunung yang keramat, baru deh bisa gak liat kesalahan manusia.

Kadang juga berpikir kenapa ya kita gak bisa berlaku suka-suka di dunia ini? Kenapa kita harus memikirkan apa kata orang? Kenapa harus ada banyak nilai dan norma-norma yang harus kita perhatikan dalam tata kehidupan kita bermasyarakat? Wong hidup hidup kita sendiri..

Tapi yeah, mungkin inilah keseimbangan. Kita perlu menjaga hati dan perasaan kita, mentolerir sikap orang yang tak luput dari kesalahan karena kita sendiri juga manusia yang belum sempurna, yang suatu saat kelak akan melakukan kesalahan yang sama (kali malah lebih parah!), kata Rick Warren dalam bukunya Purpose Driven Life.

Mungkin seperti kata sebuah ungkapan, yang terbaik yang kamu harapkan dari orang lain, ada pada yang terbaik darimu, dan kesalahan yang kamu cari pada orang lain, sebenarnya adalah kesalahanmu jua (sorry, lupa ini kata siapa).

Hmmhh.. capek deeh!

No comments: